Zaadit Taqwa (ZT) ketua BEM UI menjadi sorotan media setelah memberikan kartu kuning kepada Presiden Republik Indonesia, Pak Joko. Dalam sepak bola kartu ini berupa peringatan sebelum melakukan kesalahan lagi yang akan diganjar kartu merah. Analaogi murahan milik saya, dan saya pahami Pak Joko diberi kartu kuning karena terlalu banyak masalah yang menimpa rakyat Indonesia tapi sama sekali tidak ada kejelasan untuk menyelesaikan. Kartu kuning juga berfungsi terhadap janji-janjinya yang terus berlawanan hingga sekarang dan menyengsarakan rakyat. Yang terdekat seperti swasembada pangan yang nyatanya sekarang malah semakin gencar impor, impor beras, garam dan kabar terakhir mau impor jagung katanya.
Secara spesifik mahasiswa UI ini menuntut tiga hal dari Pak Joko; Penanganan gizi buruk di Asmat, tentang dwifungsi Polri/TNI, peraturan organisasi mahasiswa. Meskipun secara umum menurut saya kartu kuning ini diberikan atas kinerja presiden secara umum. Silahkan kalian beranalogi sendiri tentang kartu kuning Pak Joko.
Sayangnya, buzzer cebong IQ 200 sudah lebih dulu menyerang bro ZT. Mulai dari menyangkutpautkan dengan PKS lah, lulusan pesantren lah, mengalami gangguan kejiwaan lah. Jelas interpensi itu dilakukan sebagai serangan dini netizen binaan cebong untuk meruntuhkan ZT sebagai orang yang kritis terhadap Pak Joko.
Katanya kader PKS, menurut saya bukan masalah dia kader partai manapun. Ini akal-akalan, barang murahan dari buzzer seperti biasanya. Ga bermutu sebenarnya. Seharusnya kita pahami dia sebagai pengkritk, sebagaimana anggota DPR dipandang sama saat mengkritik pemerintah tanpa pandang partai mana, apalagi dapil mana. Simpel sekali sebenarnya, ini hanya tentang kritik kepada pemerintah.
Katanya mengalami gangguan kejiwaan sejak Pak Joko terpilih jadi Presiden. Saya kira orang yang pertama kali mengalami gangguan kejiwaan itu orang-orang yang memilih Pak Joko jadi presiden. Karena dia yang pertama kali dikecawakan. Kalau kita mah slow aja, kegagalan kayak gini udah banyak diprediksi oleh banyak pengamat. Zaadit Taqwa ga bisa disamakan dengan pelaku teror dan pembunuh ulama yang tiba-tiba jadi gila (kata polisi).
Yang bikin saya terbahak itu ketika Pak Joko ditanya wartawan tentang mahasiswa UI yang mengacungkan kartu kuning. Dengan senyum manisnya Pak Joko malah bilang akan kirim BEM UI ke Asmat supaya tahu kondisi sebenarnya disana seperti apa. Pertama, nengokin Asmat itu tugasnya pemerintah, ada menteri nya juga, kenapa dilempar ke mahasiswa Cuma gara-gara dikartu. Dendam? Kedua, banyak netizen menyebarkan bukti ternyata alumni FK UI ternyata banyak yang mnejadi relawan di pedalaman Papua, termasuk Asmat. Ketiga, sebagai kepala negara kritik itu ditampung dan dipelajari untuk sebuah solusi, pengkritik mungkin tidak memberi solusi, tapi wibawa seorang pemimpin tetap legowo menerima kritik meskipun dari rakyat yang miskin dan bodoh.
Kalau saya jadi bro ZT yang gagah berani, maunya saya kasih kartu merah langsung. Sayangnya, saya tak seberani doi. Tidak perlu komparasi yang filosofi dan terlalu berteori melihat sikap Pak Joko. Analogi kartu kuning juga mudah kita pahami, sangat mudah. Kritik tetaplah kritik sekalipun tanpa saran, yang menuntunnya hanya keberanian.
Hidup mahasiswa Indonesia. Allahuakbar!